Bloody Vampire; New Class [CHAPTER 3]
Title : Bloody Vampire; New Class
Author : Kimnekonnie
Cast :
Sin Haejin, 16 tahun.
Han Minjun, 17 tahun.
Genre : Fantasy, Romance
Rate : PG-13
Disclaim : Baru pertama kali buat cerita ‘Fantasy’, so… enjoy!
Happy reading!
[CHAPTER3]
Pukk!
“Omoo.. kau kenapa?”
Haejin hanya menggeleng pelan, kepalanya itu sekarang seperti melekat pada meja Minjun. Rasanya ia sangat malu dengan kejadian tadi, sampai kepalanya terasa sangat berat.
Minjun berdecak tak puas dengan jawaban Haejin, pasti ada sesuatu yang tidak beres. Minjun membuka kotak makannya, bau daging cincang panggang itu menyeruak ke seluruh ruangan kelas, menggoda setiap indra penciuman.
“Yasudah. Aku mau makan,” dengan tatapan lapar, Minjun segera menyumpit potongan daging yang paling besar dan melahapnya, “Ahh.. lezatnya!”
Tak dipungkiri Haejin juga lapar, perutnya bahkan sudah berbunyi daritadi, ditambah bau enak dari makanan Minjun menggodanya. Dengan wajah masam, Haejin menegakkan kepalanya menatap Minjun. Dengan cepat, disambarnya sumpit Minjun. Ia juga ingin mencicipi masakan sahabatnya itu.
Tapi hampir saja potongan daging itu masuk ke mulutnya, Minjun menahan tangannya.
“Ya! Itu daging babi Haejin-ah,” tangan Haejin diarahkan Minjun berbalik menuju mulutnya.
Minjun tau bagi sahabatnya yang beragama Islam itu, memakan daging babi adalah dilarang, atau Haejin biasa bilang itu Haram. Minjun sebenarnya tak begitu mengerti, tapi Haejin dan mendiang ibunya itu harus makan sesuatu yang Halal. Haejin menghela nafas, bagaimana ia bisa teledor seperti itu.
Semua karena pria itu, mengingatnya saja sudah membuat Haejin naik darah. Menghentakkan kakinya kasar, “Aww..” tak sengaja lututnya mencium meja Minjun yang keras itu.
“Ya! Kau ini kenapa sih? Ceritakan padaku,”
“Aniyo,”
“Aish.. mana mungkin kau kesal begini kalau tidak ada apa-apa.”
Haejin menatap Minjun lama, bagaimana bisa ia menceritakan kejadian tadi, yang ada ia akan ditertawai sahabatnya itu habis-habisan. Bagaimana kalau Minjun malah penasaran dan mencarinya, karena pria itu sekolah disini juga. Haejin akan tambah malu nanti, ia tahu betul kebiasaan sahabatnya yang blak-blakkan itu.
“Tidak ada apa-apa, sudahlah makan saja,”
Haejin mengalihkan pembicaraan, sepertinya ia akan cerita pada Minjun kalau saatnya tepat.
-*-
Koridor sekolah sudah sepi, sudah hampir 30 menit yang lalu bel masuk jam pelajaran berbunyi. Tapi siswa berambut hitam pekat ini malah mendapat panggilan dari ruang guru yang mengharuskannya segera memenuhi panggilan itu. Haejin berjalan semampunya, rasanya ia ingin pulang saja. Harinya rusak karena pria yang membuatnya malu tadi. Bahkan ia tak bisa bercerita kepada siapa pun termasuk Minjun, rasanya Haejin ingin menghilang saja dari sini.
Tanpa disadari, kakinya membawanya sampai di depan ruang guru. Mengambil nafas panjang sebelum menggeser pintu kayu itu pelan, seperti de javu petama kali ia datang ke sekolah ini.
“Permisi…”
Ruang guru itu tampak sepi, sudah pasti mereka mempunyai ruang kelas untuk dimasuki. Tapi mata Haejin tak sengaja berpapasan dengan seorang wanita paruh baya yang sedari tadi nampak sibuk dengan kertasnya diujung ruangan. Wajahnya sangat bersih, warna kulit yang putih pucat itu sangat kontras dengan rambut coklatnya, tidak menampakkan bahwa wanita itu sudah tidak muda lagi.
Menghentikan aktivitasnya, tangannya berisyarat menyuruh agar Haejin mendekat. Dengan sedikit canggung Haejin mendekat ke arah wanita itu perlahan, Apakah ia pernah berbuat kesalahan?
“Annyeong, Sin Haejin imnida,”
“Jangan terlalu formal,” wanita itu tersenyum, bahkan ia lebih cantik saat tersenyum.
“O-oh mianhae,”
Haejin menggaruk tengkuknya, pikirannya banyak mengeluarkan pertanyaan kenapa ia bisa dipanggil kesini. Dia sangat takut jika ada siswa yang melaporkannya karena ia disangka penguntit pria tadi, andwe!
“Haejin-ah, kau tau kenapa dipanggil kemari?”
“Aniyo, seonsaengnim,”
“Mulai besok, kau akan pindah kelas,”
“H-ha?”
“Ayahmu, dia ingin kau masuk ‘Diamond Class’ disini, jadi kau terpaksa harus pindah besok, gwaenchana?”
Haejin mematung, ayahnya tak pernah berbicara sedikit pun tentang ini. Bukannya tak suka, hanya saja Haejin sudah nyaman dengan kelas barunya, teman – temannya juga sangat baik, dan kelasnya dekat dengan kelas Minjun.
“Hm.. seonsaengnim?”
“Ya?”
“Disini ada ‘Diamond Class’? Aku tak mengerti,”
Wanita yang dipanggil ‘seonsaengnim’ itu kembali tersenyum, mengambil beberapa berkas di laci dalam laci mejanya. Memberikannya pada Haejin yang masih sangat bingung dengan kejadian mendadak ini.
“Kau akan mengerti besok, kau bisa kembali ke kelasmu sekarang, oh ya jangan lupa besok bawa berkasmu itu ke kelas yang baru, dan bawa ini juga..” wanita itu memberikan sebuah tas berisikan seragam berwarna biru dongker yang warnanya sangat berlawanan dengan seragamnya yang berwarna merah.
Seragam itu satu set dengan seragam olahraganya yang juga hanya berbeda warna saja dengan seragam olahraga Haejin yang sekarang, juga dengan label nama yang sudah tercantum namanya. Semua sudah dipersiapkan.
Tapi, Haejin seperti tak asing dengan seragam biru dongker ini, Ia seperti pernah melihatnya..
“Karena kau pindah ke kelas itu, kau juga harus ganti seragam,”
Perkataan wanita itu membuyarkan lamunan Haejin, Haejin menatap seragam itu lekat. Dia akan tetap bersekolah disekolah yang sama, dan gedung yang sama, yang tak Haejin mengerti kenapa harus ganti seragam seperti ini.
“Nde? untuk apa?”
“Ya, untuk membedakan saja,”
“Tapi—”
“Sudah kembali ke kelasmu, besok kau harus memakainya, kelas akan mulai pukul 3 sore sampai jam 8 malam, dan aku wali kelasmu yang baru,”
“Mwo? Kelas apa yang mulai pada jam 3 sore?” Haejin nampak tak percaya apa yang ia dengar.
Tapi wanita itu malah berdiri, tangannya mengelus pundak Haejin pelan, “Panggil aku Kang Seonsaengnim,” tersenyum kembali, sambil matanya mengisyaratkan untuk menyuruh Haejin kembali ke kelasnya. Haejin sebenarnya masih ingin menyakan banyak hal pada guru aneh itu, pertanyannya tadi bahkan belum dijawab, dan Haejin yakin ia tak pernah melihat guru itu sebelumnya.
Setelah beberapa langkah, sebelum keluar ruangan itu, Haejin ingat. Bukankah ia besok harus ke kelasnya yang baru? tapi, wanita itu tak memberitahunya dimana kelas yang disebut ‘Diamond Class’ itu.
Haejin berbalik untuk menanyakannya, “Maaf, bagai—”
Tapi, wanita itu mengilang.
Haejin membelalakkan matanya. Bahkan baru 10 langkah ia mengalihkan pendangannya dari wanita itu, kini ia sudah hilang entah kemana. Walaupun wanita itu berlari, pasti masih bisa Haejin lihat.
Bulu kuduk Haejin berdiri, sekujur tubuhnya merinding. Secepat kilat Haejin berlari meninggalkan ruangan itu.
Disudut ruangan, seorang pria menunjukkan smirknya mengintip dibalik ruangan kaca sedikit buram itu, “Semua berjalan sempurna,” kemudian menghilang.
-*-
Deru nafas tak teratur Haejin sampai bisa terdengar, dari sekolah tadi hingga ke rumahnya, ia berlari tak karuan. Haejin sangat penasaran, ingin segera bertanya pada ayahnya apa tujuannya memindahkannya tiba-tiba seperti itu, dikelas yang terdengar aneh, apalagi dengan wali kelas yang sangat menakutkan.
“Aku pulang,”
“Ya, Nona Sin,”
“Bibi, appa mana?”
“Appa ada diruang kerjanya, nona,”
Haejin melepaskan sepatunya yang sampai terlempar jauh, memberikan tasnya ke Bibi Hwang, tak lupa memberikan kecupan tanda terima kasih pada pipi seseorang yang sudah ia anggap sebagai Ibu, teman, sampai saudaranya sendiri. Bibi Hwang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan seorang anak SMA yang tak jauh berbeda dengan adiknya itu.
Haejin berlari, ke ruangan kerja ayahnya, membuka pintu itu penuh semangat hingga berbunyi keras.
Brakk!
“Ya! Appa jantungan,”
Haejin tak peduli, dan segera berlari ke samping ayahnya itu. Menatap ayahnya lama, Ayah Haejin yang ditatap anaknya lama merasa tak nyaman. Tak seperti biasanya Haejin langsung menemuinya seperti ini.
Menarik nafasnya panjang, Haejin ingin segera tau apa tujuan ayahnya.
“Apa appa yang membuatku pindah kelas?”
Ayah Haejin sontak kaget mendengar ucapan anaknya, tak menebak kalau Ia akan tahu secepat ini. Baru tadi pagi ia menyuruh sekolah untuk menyiapkan kepindahan Haejin, tapi Haejin malah sudah diberitahu.
“Kata teman appa, disekolah itu ada kelas yang bagus untukmu,”
“Teman appa? Nugu?”
“Kau tak perlu tahu, yang penting kau harus belajar dengan keras disana, kelas yang terkenal misterius, tapi menghasilkan penerus unggulan,” Ayah Haejin menarik nafas panjang, meneruskan kalimatnya, “Appa ingin kamu segera mampu menggantikan appa.”
“Aku akan belajar dengan keras, tapi kenapa harus pindah, aku sudah punya teman-teman yang baik appa,”
“‘Diamond Class’ itu terbaik untukmu Haejin-ah, kau juga bisa mencari teman baru yang baik disana, kau pasti akan menyukainya,”
“Tapi, appa—”
“Haejin-ah, sekali ini saja ya turuti appamu ini, ne?”
Haejin terhenyuh, memang selama ini ayahnya tak pernah menuntut apapun padanya. Ayahnya itu sangat memanjakannya, bahkan Haejin tak pernah dimarahi. Tapi baru sekali ini ia dapat melihat mata ayahnya nampak sangat berharap padanya. Haejin sangat sayang pada satu-satunya orang tuanya itu, Haejin tak mau menyakiti perasaan ayahnya, walaupun dengan berat hati ia menerima.
“Heum.. baiklah,”
“Nah seperti itu, itu baru anak appa,” Ayah Haejin menyunggingkan senyum yang lebar,
“Tapi, bukankah kelas itu aneh? kelas apa yang mulai pada jam 3 sore?”
“Hmm, sistemnya memang aneh, appa juga tidak mengerti,”
Haejin mengerutkan dahinya, Ia sangat tidak percaya ayahnya rela begitu saja memasukkan dirinya ke sebuah tempat yang bahkan ayahnya itu tak memahaminya. Haejin mendengus, kenapa semua pertanyaan dikepalanya tak terjawab. Dengan siapa lagi dia harus bertanya?
“Tapi appa—”
Tepat saat telephone ayahnya berdering, bangkit dari tempat duduknya, mengelus kepala Haejin pelan, “Kau akan baik-baik saja,” berjalan keluar sambil menjawab panggilan tadi.
Haejin sangat sangat tidak mengerti akan semuanya saat ini. Ia tak menemukan titik terang apapun, saat ia bertanya pada teman-teman disekolahnya pun, semuanya nampak enggan untuk membicarakannya. Ada yang aneh tentang ‘Diamond Class’ itu.
Ia harus menyelidikinya.
TBC
Bloody Vampire; New Class © Kimnekonnie